Di layar ponsel, waktu menunjukkan pukul 2:40 dini hari. Masih terlalu dini untuk bangun, tapi aku tak bisa tidur lagi. Nyamuk-nyamuk nakal terus saja menerorku.
Obat nyamuk bakar yang kupasang sebelum tidur tidak banyak menolong. Asapnya memenuhi kamar, namun tetap saja tubuhku jadi sasaran.
Aku cuma
bisa menggaruk-garuk lengan sambil menahan jengkel. Seandainya kantongku lebih
tebal, tentu aku bisa membeli obat nyamuk elektrik. Atau mungkin pendingin
ruangan. Setidaknya aku bisa tidur tanpa gangguan. Lucu juga, ternyata tidur
nyenyak pun butuh uang.
Sebenarnya
aku tahu, uang bukan hanya menentukan soal nyenyak-tidaknya tidur. Semua hal
pada akhirnya berkaitan dengan uang.
Termasuk
hobi sekalipun. Aku suka membaca. Dari kecil aku membayangkan punya kamar
sendiri dengan rak-rak penuh buku.
Kini aku
sudah dewasa, tapi kamar sendiri pun tidak punya, apalagi rak berjejer buku. Yah,
sebetulnya tak masalah, toh internet menyediakan bacaan gratis yang bisa
kuakses kapan saja.
Gigitan
nyamuk juga tidak perlu dibesar-besarkan, paling-paling hanya bikin kesal
sebentar. Beberapa menit membaca lewat ponsel, mataku pun kembali terpejam.
Tapi dalam
perkara yang lebih besar, ketika pilihan semakin sedikit, rasanya jelas tak
sama.
Ada rasa
terhina.
Ada
kekecewaan.
Bahkan
kadang sampai putus harapan.
Aku sudah
akrab dengan semua perasaan itu sejak kecil. Dulu, pilihanku tak banyak, sebab
orang tuaku tak bisa memberi banyak. Sementara orang tuaku sendiri tak bisa
memberi banyak karena mereka pun kekurangan.
Orang
sering bilang, uang tidak selalu menjamin kebahagiaan. Benar itu, aku pun
setuju. Tapi tetap ada garis pembeda di sana.
Antara (1) tak
bahagia tanpa uang dan (2) tak bahagia walau punya uang. Jelas tak sebanding.
Tingkat ketidakbahagiaannya terasa begitu jauh.
Dan kalau
disuruh memilih, dengan mantap kukatakan aku akan memilih yang kedua: tak
bahagia walau punya uang.
Aku paham,
pasti banyak yang menentang pendapatku. Ada juga yang menilaiku keliru.
Tetapi
bagiku, urusan uang itu hal yang personal. (Setidaknya itulah pelajaran yang
kudapat dari buku The Psychology of Money-nya Morgan Housel.) Setiap orang punya cerita dan
pemikirannya sendiri tentang uang.
Karena itu,
aku memilih tak bahagia walau punya uang, sebab selama ini aku sudah sering merasa
tak bahagia dalam kekurangan. Dengan kata lain, ketidakbahagiaan itu sudah terlalu
akrab bagiku.
Jadi
bukankah masuk akal bila aku ingin mencoba sisi satunya? Uang mungkin tak mampu
menyelesaikan berbagai masalah di hidupku, tapi setidaknya uang
membuka jalan pada lebih banyak pilihan.
Dan lebih
banyak pilihan, pada akhirnya, mampu memberikan solusi yang berbeda untuk
mengatasi masalah-masalah yang ada.
Maka ketika
aku berandai-andai, “Ah, coba aku punya banyak duit,” yang kumaksud bukan punya
banyak duit sampai-sampai bergelimang harta seperti Syahrini (walau sejujurnya pasti
enak juga kalau itu terjadi).
Yang kuinginkan
cuma lebih banyak pilihan. Dari sesederhana bisa membeli obat nyamuk
elektrik, bukan obat nyamuk bakar yang tak berguna. Hingga sebesar mampu menyajikan
makanan sehat di meja tiga kali sehari, tanpa putus, untuk keluargaku.
(Andai
pilihan untuk makan sehat itu ada, tak mungkin adikku harus terjangkit tumor
dan menjalani operasi dua kali di usia yang begitu muda—sesuatu yang kusesali
hingga detik ini.)
Karena itu,
hari ini pun kuteguhkan hati untuk bekerja keras lagi. Aku tak berharap
muluk-muluk, bahwa segalanya akan berubah dalam semalam. Tapi aku terus
berusaha, sedikit demi sedikit.
Dengan begitu, hari ini pilihanku akan lebih banyak daripada pilihanku kemarin. Dan semoga nanti malam tidurku pun akan lebih pulas daripada tidurku malam ini [.]
Dear Ristra Russilahiba,
BalasHapusFinally I could find you again.
Sudah berapa lama ya? Terakhir di blog zzamongzzip beberapa tahun yang lalu. Aku selalu manaruh harapan suatu saat kamu akan kembali. Dan kini kamu kembali. You don't know how much happiness i have right now. it's been a long waiting. Thank you for comeback.
Perjalanan tahun - tahun kebelakang memang tak mudah ya. Rasa kehilangan, rasa bersalah, tidak berdaya, semoga semuanya bisa sirna.
Aku melihat Ristra saat ini adalah Ristra yang lebih kuat. Ristra yang tak bisa dijatuhkan hanya karena tak punya cukup pilihan.
I really adore you, girl!
From Rhye, now become ryu :)
Hey, Ryu! Sulit dijelasin betapa seneng dan terharunya aku baca komentar kamu, tapi lebih dari apa pun, I'm so excited to read your stories and get in touch with you again! 🤗
Hapus